Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi peserta
didik agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan yang universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat
yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.
Filsafat
pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Progresivisme
berpendapat tidak ada teori realita yang
umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; tidak
pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang yang terus karena adanya pengalaman-pengalaman
baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Progresivisme
bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada peserta didik
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran
ini George Axtelle, william O. Stanley,
Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Pragmatisme
dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh
yang menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce, Wiliam James, John
Dewey, Heracleitos.
2.
Filsafat
pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme;
Esensialisme
adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar
intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini:
william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia
ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia
berada. Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat bahwa
alam semesta itu pada hakikatnya adalah
jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual.
Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai
tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek
tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
3.
Filsafat
pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Merupakan suatu
aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultural.
Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut,
yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh
pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan Ortimer Adler.
Perenialisme berpendirian bahwa
untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus
ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.
Menurut Perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia
dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia
adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Menurut idealisme, nilai akan
menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang
bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu
yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional
yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut.
Menurut realisme, pengetahuan terbentuk
berkat bersatunya stimulus dan
tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan
antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-
nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap
pendidikan:
1.
Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas
paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato).
Plato mengatakan
bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut, melalui
dialektika. Plato menduduki tempat sentral dalam filsafat dan teori
pendidikan Barat. Ide-idenya tentang pendidikan tidak hanya merupakan gagasan
yang termuat dalam teks-teks mati, melainkan digunakan secara tetap sebagai
sebuah doktrin hidup dalam dunia pendidikan. Sumbangan Plato bagi pemikiran dan
praktek pendidikan dalam dunia modern antara lain: a) penggunaan diskusi sebagai bagian dari
metode ajar; b) gagasan bahwa universitas merupakan titik
tertinggi dari sistem pendidikan publik, terutama untuk pengajaran dan riset; c) divisi sekolah dan kurikulum atas
tingkatan-tingkatan, yakni tingkat dasar, tingkat kedua, dan tingkat lanjut; d) sistem ko-edukasi, dan e) kombinasi antara “pendidikan” fisik dan
mental pada tingkat pra-riset. Pemikiran
Plato digunakan antara lain a) sebagai
dasar mengapa diberikan porsi ajar lebih banyak bagi sains ketimbang humaniora
pada pendidikan tingkat SLTP dan SLTA, dan b) sebagai
alasan mengapa pengetahuan umum dengan standar tertentu harus dipenuhi lebih
dahulu sebelum si terdidik diizinkan mengambil studi speasialisasi. Bahwa
pengajaran harus dari keberanian menerima tantangan untuk melakukan penggalian
dan pencarian yang semakin lebih dalam ini merupakan salah satu dari sekian
banyak kontribusinya bagi pemikiran modern tentang pendidikan. Sampai dengan
saat ini masih diyakini bahwa cinta akan pencarian dan penyelidikan lebih dalam
yang muncul dari rasa incompleteness (rasa bahwa “masih belum cukup pengetahuanku”) dan
desire (keinginan untuk tahu) mesti merupakan motivasi utama
pembelajaran.
Perlu
diketahui bahwa pada di Yunani pada zaman Plato, diyakini bahwa fungsi utama
masyarakat adalah meneruskan tradisi dari satu generasi ke generasi yang lain.
Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah training/latihan yang penuh dengan
kepentingan masyarakat demi menjaga stabilitas masyarakat. Lebih lagi,
ketaaatan, kepatuhan, dan kesetiaan terhadap negara-kota (polis) adalah
kriteria utama untuk menilai baik-buruk, terhormat-tidaknya, seorang warga
negara-kota. Dari sini lahir pertanyaan yang sangat signifikan berkenaan dengan
pendidikan: apabila pendidikan dimaksudkan terutama untuk melayani kepentingan
negara-kota, dapatkan seorang individu mencapai kepenuhan dan impian
pribadinya? Tidakkah kepentingan negara-kota dan kepentingan pribadi
berbenturan?. Dengan menaruh perhatian lebih dekat pada pendidikan, kata Plato,
masyarakat dapat meningkatkan kebajikan warganya dan warga tersebut pada
gilirannya dapat memodifikasi tradisi dan institusi mereka ke arah yang lebih
baik.
2.
Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian
pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya. (Aristoteles). Tokoh
utama filosof klasik, menyatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala terdalam dari wujud.
Aristoteles yang merupakan bapak
ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan.
Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju
prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi.
(Sumber: http://www.te.ugm.ac.id)
Smith (1986:40) Aristoteles berkata
bahwa negara sebaiknya memberikan
pendidikan yang baik bagi semua anak-anak. Serta mempunyai suatu sistem sekolah negeri
yang wajib bagi putra-putra semua warga negara, tetapi sistem tersebut terdiri
dari pendidikan fisik dan latihan militer. Dalam pandangannya, pendidikan
universal sebaiknya mencakup olahraga, senam, musik, kesusateraan, ilmu
pengetahuan, dan latihan moral. Pendidikan tersebut mungkin saja memasuki dunia
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri, saat ini di lembaga-lembaga pendidikan juga
telah memasukkan mata pelajaran olahraga, ilmu pengetahuan, maupun kesusateraan
dalam kurikulum. Sedangkan musik, dan latihan moral bisa diterapkan saat
kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Dalam rangka pendidikan yang lebih tinggi, ia
nampaknya setuju dengan Plato tentang nilai-nilai matematika, fisika,
astronomi, dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putera-putera semua warganegara
sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, suatu pandangan yang sama
dengan doktrin Plato tentang perbedaan individual. Disiplin merupakan hal yang
eesensial untuk mengajar para pemuda dan kaum lelaki muda untuk mematuhi
perintah-perintah dan mengendalikan gerak hati mereka. Dengan belajar menaati,
mereka akan belajar bagaimana caranya untuk memberikan perintah-perintah yang
dapat dibenarkan dan untuk memerintah orang-orang lain. Mereka dapat diajar
untuk menggunakan retorika untuk menghimbau dan membangkitkan semangat orang
lain, dan juga untuk memberitahukan kepada mereka, asalkan mereka berbuat
demikian untuk tujuan yang baik. Bagi semua pelajar, Aristoteles menggambarkan
tentang idealisme yang tinggi, ketekunan, pengamatan, dalam yang cermat dan
berpikir secara lugas untuk mendorong berpikir lugas (diharuskan menemukan
kebenaran yang tak logos, salah atau kontradiktif dari fakta-fakta atau
observasi-observasi). Aristoteles mendirikan ilmu pengetahuan tentang logika
(ia menyebutnya analitik) yang mengemukakan prinsip-prinsip penalaran yang
benar.
3.
Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang
masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas). Seorang guru bertugas
untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar
menjadi aktif dan nyata. Pada hakekatnya pendidikan adalah
proses pewarisan dari nilai-nilai filsafat. Dalam pendidikan diperlukan bidang
filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari
dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang
bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban
suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan
filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang
melembaga di dalam masyarakatnya.
sangatbermanfaat