Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil
belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. FAKTOR
INTERNAL
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor
fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material
pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi
individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses
dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi
pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat
kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari
tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi
lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar
dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya.
Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik
dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu
ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang
optimal. Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor
instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum,
buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan
belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan
faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian
tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek
didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan
kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang
segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan
belajar.
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam :
(a)
Keadaan jasmani.
Keadaan
tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan
tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
1.
menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan
nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi
akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada
gairah untuk belajar,
2.
rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
3.
istirahat yang cukup dan sehat.
(b)
Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula dalam proses
belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra
yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik pendidik maupun peserta didik perlu menjaga panca indra dengan
baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya.
2) Faktor
Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak
dapat dibahas secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku
belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil
akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan,
ingatan, pikiran dan motif.
1. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek
didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang
lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai
aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi
sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan
material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan
material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti
bermain peran (role playing), debat
dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini
juga dapat memancing perhatian yang spontan dari peserta didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah
perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan
instingtif untuk mengetahui sesuatu,
seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di
samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan
bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan
intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan
dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan
dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke
dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi
pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses
pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan
tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur
modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar.
Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses
belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik
lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu
mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material
pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan
pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan,
chart, rekaman, slide dan sebagainya.
3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang
berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan
kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah
“ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam
belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang
dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik
pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan
penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek
didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan
“titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk
material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu.
Hal lain dari ingatan adalah
kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya
pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada
siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan
belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya
berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan
akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang
relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai
untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik
harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa
sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali
material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat
dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran
selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni
pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak
kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu
subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian;
atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar. Pendidik dapat
mempertajam kemampuan peserta didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas
mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
4. Berfikir
Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri
(ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari
gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan
tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan
pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia
alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan
sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika
demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk
memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu materi pembelajaran akan
cendrung melemahkan kemampuan peserta didik untuk berfikir. Sebaliknya, para
pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian
pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong peserta
didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan
menghadirkan tentangan psikologi bagi peserta didik untuk merumuskan
kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
5. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri
subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila
seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering
disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri
subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek
didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang
sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif
intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam
keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu
menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa
dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun
kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang
atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor
suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga
dihadirkan melalui siasat “self
competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek
didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat
kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan
yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan
terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi
orang lain.
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan peserta didik, motivasi , minat, sikap dan bakat.
(a)
Kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh
aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin
tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi
individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena
itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru/dosen, orang tua,
dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru/dosen professional, sehingga mereka dapat
memahami tingkat kecerdasannya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang
tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada
tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin
malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal
yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik.
(b)
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di
dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif
lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
1. Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat
positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya.
4. Adanya kebutuhan
untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang
dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk
belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,
danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
(c)
Minat
Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
peserta didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya
atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
(d)
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, pendidik sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang pendidik akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang peserta didik yang empati, sabar, dan tulus kepada peserta
didiknya; berusaha untuk menyajikan pelajaran dengan baik dan menarik sehingga
membuat peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak
menjemukan; meyakinkan peserta didik bahwa bidang studi yang dipelajari
bermanfaat bagi diri peserta didik.
(5)
Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.
Secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat
yang dimilkinya. Misalnya, peserta didik yang berbakat dibidang bahasa akan
lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan
mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang
tidak sesuai dengan bakatnya.
2.
FAKTOR EKSTERNAL
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah
(2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan
Sosial
(a) Lingkungan sosial pendidikan, seperti guru/dosen,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
belajar.
(b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
(c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2)
Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
(a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah
tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terlambat.
(b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar
yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah,
alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabus dan lain sebagainya.
(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke
siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
0 komentar