Open top menu
Senin, 06 Mei 2013



Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi peserta didik agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan yang universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.     Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang yang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.  Pendidikan harus terpusat pada peserta didik bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini  George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce, Wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

2.     Filsafat pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme;
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Esensialisme berpendapat bahwa  dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada. Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat bahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.

3.     Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultural. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan Ortimer Adler.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut  Perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menurut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.     Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato).
Plato  mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut, melalui dialektika. Plato menduduki tempat sentral dalam filsafat dan teori pendidikan Barat. Ide-idenya tentang pendidikan tidak hanya merupakan gagasan yang termuat dalam teks-teks mati, melainkan digunakan secara tetap sebagai sebuah doktrin hidup dalam dunia pendidikan. Sumbangan Plato bagi pemikiran dan praktek pendidikan dalam dunia modern antara lain: a) penggunaan diskusi sebagai bagian dari metode ajar; b) gagasan bahwa universitas merupakan titik tertinggi dari sistem pendidikan publik, terutama untuk pengajaran dan riset; c) divisi sekolah dan kurikulum atas tingkatan-tingkatan, yakni tingkat dasar, tingkat kedua, dan tingkat lanjut; d) sistem ko-edukasi, dan e) kombinasi antara “pendidikan” fisik dan mental pada tingkat pra-riset. Pemikiran Plato digunakan antara lain a) sebagai dasar mengapa diberikan porsi ajar lebih banyak bagi sains ketimbang humaniora pada pendidikan tingkat SLTP dan SLTA, dan b) sebagai alasan mengapa pengetahuan umum dengan standar tertentu harus dipenuhi lebih dahulu sebelum si terdidik diizinkan mengambil studi speasialisasi. Bahwa pengajaran harus dari keberanian menerima tantangan untuk melakukan penggalian dan pencarian yang semakin lebih dalam ini merupakan salah satu dari sekian banyak kontribusinya bagi pemikiran modern tentang pendidikan. Sampai dengan saat ini masih diyakini bahwa cinta akan pencarian dan penyelidikan lebih dalam yang muncul dari rasa incompleteness (rasa bahwa “masih belum cukup pengetahuanku) dan desire (keinginan untuk tahu) mesti merupakan motivasi utama pembelajaran.
Perlu diketahui bahwa pada di Yunani pada zaman Plato, diyakini bahwa fungsi utama masyarakat adalah meneruskan tradisi dari satu generasi ke generasi yang lain. Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah training/latihan yang penuh dengan kepentingan masyarakat demi menjaga stabilitas masyarakat. Lebih lagi, ketaaatan, kepatuhan, dan kesetiaan terhadap negara-kota (polis) adalah kriteria utama untuk menilai baik-buruk, terhormat-tidaknya, seorang warga negara-kota. Dari sini lahir pertanyaan yang sangat signifikan berkenaan dengan pendidikan: apabila pendidikan dimaksudkan terutama untuk melayani kepentingan negara-kota, dapatkan seorang individu mencapai kepenuhan dan impian pribadinya? Tidakkah kepentingan negara-kota dan kepentingan pribadi berbenturan?. Dengan menaruh perhatian lebih dekat pada pendidikan, kata Plato, masyarakat dapat meningkatkan kebajikan warganya dan warga tersebut pada gilirannya dapat memodifikasi tradisi dan institusi mereka ke arah yang lebih baik.
2.     Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya. (Aristoteles). Tokoh utama filosof klasik, menyatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud.
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. (Sumber: http://www.te.ugm.ac.id)
Smith (1986:40) Aristoteles berkata bahwa negara sebaiknya memberikan pendidikan yang baik bagi semua anak-anak.  Serta mempunyai suatu sistem sekolah negeri yang wajib bagi putra-putra semua warga negara, tetapi sistem tersebut terdiri dari pendidikan fisik dan latihan militer. Dalam pandangannya, pendidikan universal sebaiknya mencakup olahraga, senam, musik, kesusateraan, ilmu pengetahuan, dan latihan moral. Pendidikan tersebut mungkin saja memasuki dunia pendidikan. Tidak dapat dipungkiri, saat ini di lembaga-lembaga pendidikan juga telah memasukkan mata pelajaran olahraga, ilmu pengetahuan, maupun kesusateraan dalam kurikulum. Sedangkan musik, dan latihan moral bisa diterapkan saat kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Dalam rangka pendidikan yang lebih tinggi, ia nampaknya setuju dengan Plato tentang nilai-nilai matematika, fisika, astronomi, dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putera-putera semua warganegara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, suatu pandangan yang sama dengan doktrin Plato tentang perbedaan individual. Disiplin merupakan hal yang eesensial untuk mengajar para pemuda dan kaum lelaki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerak hati mereka. Dengan belajar menaati, mereka akan belajar bagaimana caranya untuk memberikan perintah-perintah yang dapat dibenarkan dan untuk memerintah orang-orang lain. Mereka dapat diajar untuk menggunakan retorika untuk menghimbau dan membangkitkan semangat orang lain, dan juga untuk memberitahukan kepada mereka, asalkan mereka berbuat demikian untuk tujuan yang baik. Bagi semua pelajar, Aristoteles menggambarkan tentang idealisme yang tinggi, ketekunan, pengamatan, dalam yang cermat dan berpikir secara lugas untuk mendorong berpikir lugas (diharuskan menemukan kebenaran yang tak logos, salah atau kontradiktif dari fakta-fakta atau observasi-observasi). Aristoteles mendirikan ilmu pengetahuan tentang logika (ia menyebutnya analitik) yang mengemukakan prinsip-prinsip penalaran yang benar.
3.     Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas).  Seorang guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata. Pada hakekatnya pendidikan adalah proses pewarisan dari nilai-nilai filsafat. Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Tagged
Pesan Damai
Tuliskan komentar dengan narasi cinta

Seseorang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapannya, tetapi hebat dalam tindakannya dan Cintai dirimu sendiri terlebih dahulu, pada akhirnya kamu akan menghabiskan hidupmu dengan dirimu sendiri

1 komentar

silahkan berikan masukan atau kritik yang positif