Open top menu
Senin, 26 Oktober 2020

 

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Muawiyah lahir lahir empat tahun menjelang Rasulullah SAW menjalankan dakwah di kota Makkah. Riwayat lain menyebutkan dia lahir dua tahun sebelum diutusnya Muhammad SAW menjadi Nabi.

Beberapa riwayat menyatakan bahwa
 Muawiyah memeluk Islam bersama ayahnya, Abu Sufyan bin Harb dan ibunya Hindun binti Utbah tatkala terjadi Fathu Makkah. Namun riwayat lain menyebutkan, Muawiyah masuk Islam pada peristiwa Umrah Qadha’ tetapi menyembunyikan keislamannya sampai peritistiwa Fathu Makkah.

Di masa Rasulullah SAW, dia diangkat sebagai salah seorang pencatat wahyu setelah bermusyawarah dengan Malaikat Jibril. Ambillah dia sebagai penulis wahyu karena dia jujur,” kata Jibril.

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Muawiyah diangkat menjadi salah seorang panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum Muslimin berhasil  menaklukkan Palestina, Syria (Suriah), dan  Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab.

Ketika Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syria dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan Gubernur Abu Ubaidah bin Jarrah.

Pada masa pemerintahan Ali, terjadi beberapa konflik antara kaum Muslimin. Di antaranya Perang Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian.

Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kaum Muslimin sempat mengangkat putranya, Hasan bin Ali. Namun melihat keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan, akhirnya Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan.

Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah. Tahun inilah yang dalam sejarah dikenal dengan Amul Jama’ah (Tahun Kesatuan). Dengan demikian, Muawiyah resmi menjadi khalifah.

Beberapa kalangan ada yang menyebut Muawiyah dengan julukan yang jauh dari akhlak islami. Padahal walau bagaimanapun dia tetap sahabat Rasulullah, yang telah banyak memberikan sumbangan untuk Islam.

Dia ikut di berbagai peperangan, baik di masa Rasuullah atau Khulafaur Rasyidin. Mengenai tudingan yang menjelekkannya, tidak semuanya bisa diterima begitu saja.

Bahkan beberapa kebijakan yang oleh sebagian sahabat dianggap ‘menyimpang’ masih bisa dimaklumi. Kendati pun ada, hal itu wajar mengingat ia adalah manusia biasa yang kadang khilaf atau dipengaruhi orang-orang sekitarnya. Semua itu tidak mengurangi keutamaannya sebagai sahabat, bahkan masih terbilang keluarga dekat Rasulullah SAW.

Muawiyah dikenal sebagai negarawan dan politikus ulung. Ungkapannya tentang hal ini dicatat sejarah, “Aku tidak akan menggunakan pedangku selagi cambukku sudah cukup. Aku tidak akan menggunakan cambukku selagi lisanku masih bisa mengatasinya. Jika ada rambut yang membentang antara diriku dan penentangku, maka rambut itu tidak akan putus selamanya. Jika mereka mengulurkannya, maka aku akan menariknya. Jika mereka menariknya, maka aku akan mengulurnya.”

Dia mempunyai kemampuan diplomasi yang sangat tinggi sehingga Nicholsan dalam bukunya Literaty History of The Arabs menulis, “Muawiyah adalah seorang diplomat yang cakap dibanding dengan Richelieu, politikus Prancis yang terkenal itu.” Lebih tepat lagi ia mencontohkan Muawiyah dengan Oliver Cromwell, politikus dan protektor Inggris yang termasyhur, yang pernah membubarkan parlemen.

Mu'awiyah memulai karier politiknya sebagai penguasa setelah ditunjuk menjadi Gubernur Syria pada 639 oleh Khalifah 'Umar bin Khattab dan membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang cakap. Salah satu capaiannya adalah pembentukan angkatan laut Muslim pertama. Pembunuhan Khalifah 'Utsman bin 'Affan pada tahun 656 dan perbedaan pendapat mengenai status pembunuhnya menjadikan terjadinya perselisihan antara pihak Mu'awiyah dan Khalifah 'Ali bin Abi Thalib yang berujung pada Pertempuran Shiffin. Sepeninggal 'Ali mangkat dan putranya, Hasan, melepas jabatan khalifah setelah disandang selama sekitar enam atau tujuh bulan, Mu'awiyah resmi menjadi khalifah pada tahun 661.

 

Dalam menjalankan pemerintahannya, Muawiyah mengubah kebijaksanaan pendahulunya. Kalau pada masa empat khalifah sebelumnya, pengangkatan khalifah dilakukan dengan cara pemilihan, maka Muawiyah mengubah kebijakan itu dengan cara turun-temurun. Karenanya, khalifah penggantinya adalah Yazid bin Muawiyah, putranya sendiri.

Muawiyah adalah pendiri Daulah Umawiyah. Pada masa ini kaum Muslimin memperoleh kemajuan yang sangat pesat. Tidak hanya penyebaran agama Islam, tetapi juga penemuan-penemuan ilmu lainnya.

Ketika Byzantium mengerahkan tentaranya untuk memperluas jajahannya, dia tiba di beberapa daerah kekuasaan Muawiyah. Untuk mengusir tentara Byzantium itu, Muawiyah mengerahkan 1.700 kapal perang kecil yang mampu menghalau pasukan musuh. Dengan tidak mengenal lelah, kaum Muslimin menaklukkan pulau Cyprus dan Rhodus di Laut Tengah.

Pada masanya, Mu'awiyah melakukan berbagai upaya penaklukan. Pengepungan Konstantinopel pada masanya merupakan upaya penaklukan pertama Konstantinopel oleh umat Muslim. Dalam bidang pemerintahan, Mu'awiyah lebih mengedepankan kecakapan dan kesetiaan daripada sistem kebangsawanan lama. Secara kepribadian, Mu'awiyah juga termasuk Muslim yang saleh dan menjaga ibadahnya meski dia menanggung beban memimpin kekhalifahan yang wilayahnya sudah sangat luas.

Perselisihannya dengan 'Ali bin Abi Thalib, juga penunjukkan putranya untuk menjadi khalifah sepeninggalnya, merupakan tema utama yang menjadikan Mu'awiyah sebagai sosok yang kontroversial dalam sejarah Islam. Literatur Madinah awal dan Abbasiyah awal memiliki gambaran yang baik terkait Mu'awiyah, tetapi tidak demikian dengan literatur Abbasiyah pada masa belakangan yang lebih cenderung bersifat anti-Umayyah.

 

Di samping itu, pada tahun 50 H, Muawiyah mengangkat Uqbah bin Nafi’ menjadi gubernur di Maroko. Dengan 10.000 tentara ia berhasil mengalahkan orang-orang Romawi. Ia juga dapat mengalahkan bangsa Barbar dan penduduk asli Afrika. Lebih dari itu semua, ia telah meletakkan pondasi Daulah Umawiyah yang telah mengharumkan nama Islam selama ratusan tahun.

Setelah menjabat sebagai gubernur di Palestina selama 10 tahun dan di Syam 10 tahun, serta sebagai Khalifah Daulah Umawiyah selama 20 tahun, Muawiyah meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H dalam usia 78 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya. Gubernur Mesir kala itu, Amr Ibnu Ash, merasa terganggu oleh kekuasaan Romawi di Afrika Utara. Karenanya, Amr Ibnu Ash mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jenderal Uqbah untuk menaklukkan wilayah Afrika Utara itu.

Pasukan Uqbah akhirnya berhasil menguasai Kairowan hingga ke bagian selatan wilayah Tunisia. Khalifah Mu'awiyah kemudian membangun benteng untuk melindungi kota Kairowan dari serangan pasukan Berber dan menjadikan kota Kairowan sebagai ibukota propinsi Afrika Utara.

Mu'awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Selama kepemimpinannya pula Mu'awiyah telah memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar Asia Kecil.

Dengan penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) dan Spanyol (705-715 M), kirakira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut Tengah menjelma sebagai yang terkuat dan tak terkalahkan hingga dua abad berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211 H (837 M). Angkatan laut tersebut hingga masuk ke wilayah pantai Italia dan Prancis Selatan.

Dengan penciptaan sebuah armada, Muawiyah adalah kekuatan muslim melawan Byzantium. Angkatan lautnya menantang angkatan laut Byzantium dan menyerbu pulau-pulau dan pantai Bizantium.

Kekalahan mengejutkan armada imperial oleh angkatan laut muda Muslim di Battle of the Masts pada 655 adalah sebuah  titik balik. Perang ini membuka Mediterania, dianggap sebagai "danau Romawi", dan memulai serangkaian konflik laut selama berabad-abad atas kendali Mediterania. Ini juga memungkinkan perluasan negara ke Afrika Utara dan Spanyol.

Perdagangan antara pantai timur dan selatan Muslim dan pantai utara Kristen hampir berhenti selama periode ini, mengisolasi Eropa Barat dari perkembangan di dunia Muslim.

Pada jaman dahulu, dan lagi di Abad Pertengahan, pelayaran dari Italia ke Alexandria adalah hal yang lumrah. Di masa awal Islam kedua negara begitu jauh sehingga bahkan informasi yang paling dasar tidak diketahui.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Muawiyah sangat senang memperindah Damaskus, dan mengembangkan istana untuk menyaingi Konstantinopel. Dia memperluas batas-batas kekaisaran, mencapai gerbang Konstantinopel. Hanya wilayah Anatolia yang tidak dimilikinya .

Muawiyah memiliki koleksi perpustakaan pribadi (bayt al-hikmah). Kemudian dikembangkan oleh penerusnya selama dinasti Umayyah.

Ini perpustakaan besar pertama di luar masjid dikenal dikenal dengan koleksi karya astrologi, kedokteran, kimia, ilmu militer, dan berbagai seni praktis dan ilmu terapan selain agama.

Muawiyah memiliki beberapa kebijakan yang langka. Dia secara politik mahir dalam berurusan dengan Kekaisaran Romawi Timur dan oleh karena itu dia pernah menjadi sekretaris Rasulullah.

Setelah perdamaian didirikan, Muawiyah mendamaikan banyak orang yang telah bertikai satu sama lain oleh kedermawanan dan keadilannya. Bahkan lawan yang paling keras kepala pun sering meleleh di bawah kedermawanan dan diplomasi. Dia juga berhasil melalui diplomasi yang bagus untuk mengimbangi persaingan suku.

Selama pemerintahan Mu'awiyah dia mempraktekkan nasihat yang diberikan Rasulullah kepadanya, "Ketika anda memerintah, lakukanlah dengan baik." Dia teliti tentang keadilan dan murah hati dan adil bagi orang-orang dari semua kelas.

Dia menghormati orang-orang yang memiliki kemampuan dan bakat dan membantu mereka untuk memajukan bakat mereka, terlepas dari suku mereka.

Muawiyah memiliki atau julukan. Julukannya adalah Abu Abdurrahman dan Al-Quraisyi al-Umawi Al-MakkiMuawiyah adalah laki-laki yang berperawakan tinggi, berkulit putih, tampan, dan penuh wibawa.

Umar bin Khattab juga berkata bahwa Muawiyah suka makan makanan yang lezat dan bergaya seperti raja. Umar berkata begitu bukan bermaksud menjelekkan Muawiyah tapi hanya menginformasikan ciri khas Muawiyah. Bisa dimengerti mengapa Muawiyah melakukan hal itu karena ia memang berasal dari kabilah terpandang di masyarakat.

Saat kecil, Abu Sufyan pernah melihat Muawiyah yang sedang merangkak, lalu berkata, "anakku ini berkepala besar, dia pantas memimpin kaumnya". Hindun menjawab, "hanya memimpin kaumnya saja? Seharusnya ia memimpin bangsa Arab seluruhnya"

Tagged
Pesan Damai
Tuliskan komentar dengan narasi cinta

Seseorang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapannya, tetapi hebat dalam tindakannya dan Cintai dirimu sendiri terlebih dahulu, pada akhirnya kamu akan menghabiskan hidupmu dengan dirimu sendiri

This is the most recent post.
Posting Lama

1 komentar

silahkan berikan masukan atau kritik yang positif