Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak
asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga
pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan.
Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri.
Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna
dasar dan hakikatnya. Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang
yang terlihat dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan
hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai
buah refleksinya. Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna education,
Tarbiyah, pendidikan yang terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan
memberikan gambaran perbedaan makna tarbiyah, ta‟lim, tadris, tahdzib, Ta‟dib
dan tadrib dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar pendidikan baik dari
literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah ini dimulai dengan pengertian
pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis untuk mengantarkan
pembahasan pada hakikat pendidikan.
Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah
:
1.
Apa
arti pendidikan (secara etimologis dan terminologis)?
2.
Bagaimana
Fenomena pendidikan Indonesia
3.
Apa
hakikat Pendidikan itu?
Pemecahan masalah
Dalam memecahkan masalah, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif analitik, yaitu dengan memaparkan tori-teori dari berbagai literatur
secara teliti dan kritis yang relevan dengan permasalahan tersebut
Metodologi Penulisan
Mengingat permasalahan ini terbatas pada stu kajian yaitu
hakikai pendiidkan, maka metode yang digunakan adalah metode diskriftif. Suatu
metode yang memusatkan pada pemecahan yang aktual. Data dikumpulkan dari
berbagai literatur, lalu disusun, dianalisis dan dijelaskan kemudian
disimpulkan.
Sistimatika penulisan
Penulisan ini terdiri atas; Pendahuluan ,Pengertian
pendidikan (tinjauan pendidikan dari sudut etimologis dan terminologis),
Fenomena pendidikan di Indonesia , Hakekat Pendidikan dan sebagai ilustrasi
penulis sajikan hakekat pendidikan Islam.
Dan diakhiri dengan kesimpulan.
Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik”
yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”,
yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang
dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai
“Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam
atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah
(pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan
watak, mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan
merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang
diistilahkan dengan Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1) Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu
memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Ki
Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary
of Education” dijelaskan sebagai berikut:
a. Pedagogy:
1.
The
art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi sebagai
pengajar (pengajaran)
2.
The
sistematized learning or instruction concerning principles and methods of
teaching and of student control and guidance; lagerly replaced by the term of
education. “ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan
prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar pengawasan dan bimbingan murid dalam
arti luas diartikan dengan istilah pendidikan”
b. Education:
1.
proses
perkembangan pribadi;
2.
proses
sosial;
3.
profesional
cources;
4.
seni
untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang
diwarisi/dikembangkan generasi bangsa.
Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil
dari Rabba ( ) yang bermakna memelihara , mengurus, merawat, mendidik. Dalam
literatur-literatur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam
definisi yang intinya sama mengacu pada proses pengembangan potensi yang
dianugrahkan pada manusia. Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:
1.
Tarbiyah
adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan
secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan mandiri
untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari 67)
2.
Tarbiyah
adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati,
perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.( Al-Maraghi, Juz V; 34)
3.
Tarbiyah
adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan
secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
4.
Tarbiyah
adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah
diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fathul
Bari Jilid I; 162 )
5.
Tarbiyah
adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan,
pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan dan
perasaan memiliki terhadap anak didik. (Al-Maraghi jilid III: 79).
Dalam definisi –definisi di atas tersirat unsur-unsur
pembelajaran yaitu ta‟lim dan tadris (Instruction ) tahdib dan ta‟dib
(penanaman akhlak mulia) dan Tadrib (Taining – pelatihan).
Tinjauan Terminologis
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara
1962:14)menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter),pikiran
(intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh
dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras dengan dunianya “. Beliau lebih
lanjut mejelaskan bahwa pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:
1.
Segala
alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
2.
Kodratnya
keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh karenanya
bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan sendiri-sendiri,
sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya semua usaha dan daya upaya untuk
mencapai hidup tertib damai.
3.
Adat
istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha dan daya
upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan
tempat.; oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.
4.
Akan
mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita mempelajari
zaman yang telah lalu
5.
Pengaruh
baru diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa yang satu dengan yang
lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya
hubungan modern.
Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk menambah
kemuliaan hidup kita dan mana yang akan merugikan. Itulah diantara pikiran-
pikiran beliau yang sangat sarat dengan nilai.
Menurut buku “Higher Education For America Democracy”:
Education is an institution of civilized society, but the purposes of education
are not the same in all societies, an educational system finds it‟s the guiding
principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in
which it functions (11: 5) “pendidikan alah suatu lembaga dalam tiap-tiap
masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap
masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan
pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita dan filsafat
yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa)”.
Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for Teaching and
Introduction to Education”: The term “education” refers to the broad function
of preserving and inproving the life of the group through bringing new members
into its shared concerns. Education is thus a far broader process thah that
which accurs in schools. It is an essential social activity by which
communicaties continue to exist in complex communicaties this function is
specialized and institutionalized in formal education, but there is always the
education outside the school with wich the formal process in related (12: 489)
“Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga masyarakat
yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di
dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada
proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu
aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks dan
modern. Fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga
dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan
formal di luar sekolah.
Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education”: The word
“education” is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower, sense. In
the wider sense, all experienceis said to the educative and life is education
and education is life. “Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam
pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas pendidikan
adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan
atau pendidikan adalah hidup”. In the narrower sense “education is restricted
to that function of the community which consists in passing in its traditions
its background and its outlook to the members of the rising generation.
“Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi
tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat
(tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu
kepada warga masyarakat generasi berikutnya.
Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of
Education”: “Education should be thought of as the process of mans reciprocal
adjusment to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos.
“Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Education
is the organized development and equipment of all the power of human being,
moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social uses,
directed to word the union of these activities with their creator as their
final end. “Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan
kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh
dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan
demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya”.(The Internet,http.www.Wikipedia
Pendidikan com)
Fenomena Pendidikan
Indonesia
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan
akan menyadari bahwa pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.
Dunia pendidikan yang sakit ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya
membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak
demikian. Seringkali kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem
pendidikan yang ada. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan di Indonesia
menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang
diberikan ternyata berat sebelah atau tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif)
dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung
semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Masalah kedua, sistem
pendidikan yang top down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah
Paula Freire (tokoh pendidik Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem
pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena peserta didik dianggap sebagai
manusia yang tidak tahu apa-apa. Masalah ketiga, model pendidikan yang hanya
diorientasikan kepada manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk
memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek (wujud dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru
bertolak-belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari
akar-akar budayanya. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana
interaksi kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan
kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan
menghargai keberadaan tradisi, dan budaya situasi masyarakat lain. Dalam hal
ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat toleran untuk
direnungkan.
Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value
dan transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada
upaya untuk memanusiakan manusia.
Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu
atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama,
filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan
hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk
mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah
mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan
Alquran dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah
(insan kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh
nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Maka hakikat
pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.
Pendidikan
merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara
kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
2.
Pendidikan
merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami
perubahan yang semakin pesat;
3.
Pendidikan
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4.
Pendidikan
berlangsung seumur hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan
prinsip-prinsip ilmu.
Hakikat Pendidikan Islam Pendidikan secara semantik
menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan
yang dilakukan seseorang kepada orang lain . Pengertian tersebut belum
menunjukkan adanya program, sistem, dan metoda yang lazimnya digunakan dalam
melakukan pendidikan atau pengajaran. Masih dalam pengertian kebahasaan ini,
dijumpai pula kata tarbiyah dalam bahasa Arab. Kata ini sering digunakan oleh
para ahli pendidikan Islam untuk menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa
Indonesia. Selain kata tarbiyah terdapat pula kata ta‟lim. Kata ini oleh para
penerjemah sering diartikan pengajaran. Selain kata tarbiyah terdapat pula kata
ta‟lim.
Kata ini oleh para penerjemah sering diartikan pengajaran.
Dalam pengertian itu Yusuf A. Faisal, pakar dalam pendidikan mengatakan bahwa
“Pengertian pendidikan islam dari sudut etimologi (ilmu akar kata) sering
dikatakan istilah ta‟lim dan tarbiyah yang bersal dari kata allama dan rabba
yang dipergunakan dalam al-Qur‟an sekalipun kata tarbiyah lebih luas
konotasinya, yaitu mengandung arti memelihara, membesarkan dan mengandung makna
sekaligus mengandung makna mengajar (allama). Selanjutnya Faisal mengutip
pendapat Naquib Alatas dalam bukunya Islam and Secularism sebagaimana tersebut
diatas terdapat pula kata ta‟dib yabg ada hubungannya dengan kata adab yang
berarti sopan santun.” (Nata Abuddin 2005: 5)
Selanjutnya bagaimanakah penjelasan yang diberikan al-Quran
terhadap ketiga kata tersebut ?. Untuk ini Muhammad Fuad „Abd al-Baqy dalam
bukunya Al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur‟an al Karim telah
mengimformasikan bahwa dalam al-Qur‟an kata Tarbiyah dalam kata yang serumpum
dengannya diulang sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut berakar pada
rabb. Kata ini sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib al-Ashfahany, pada mulanya
berarti al-Tarbiyah yaitu insya‟ al-Sya‟i halan ila halin ila had tamam yang
artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu tahap demi setahap sampai pada batas
yang sempurna.
Kata selanjutnya digunakan oleh al-Qur‟an ntuk berbagai hal
antara lain digunakan untuk menerangkan salah satu sifat atau perbuatan Tuhan,
yaitu rabb al-„alamin yang artinya Pemelihara, Pendidik, Penjaga, Penguasa dan
Penjaga sekalian alam. (lihat Q.S,
al-Fatihah, 1:2; al-Baqarah 2:131; al-Maidah, 5:28; al-An‟am, 6:45; 71; 162 dan
164; al-Ar‟af, 7:54; dan seterusnya) selain kata rabb digunakan untuk arti
sebagaimana disebut diatas, digunakan pula untuk arti yang obyeknya lebih
terperinci lagi, yakni bahwa yang dipelihara, dididik dan seterusnya ada yang
berupa al-„arsyy al azhim, yakni arsy yang demikian besar (Lihat Q.S 9:129),
al-Masyaariw yakni ufuk timur tempat terbitnya matahari (Q.S 37:5), aba‟ukum
al-awwalun yakni nenek moyang para pendahulu orang kafir Quraisy (Q.S 37:126),
al-Maghrib ufuk barat tempat terbenamnya matahari (Q.S 55:17), al-Baldah yakni
negeri dalam hal ini adalah Makkah al-Mukarramah (Q.S 2:126), Bait yakni rumah
yang dalam hal ini adalah Baitullah, Kabah yang ada di Makkah. Beberapa ayat
tersebut diatas menunjukan dengan jelas, bahwa kata rabb sebagaimana yang
ditunjukan pada al-Quran ternyata digunakan untuk menunjukan obyek yang
bermacam-macam, yang dalam ini meliputi benda-benda yang bersifat fisik dan non
fisik. Dengan demikian pendidikan meliputi pemeliharaan terhadap seluruh mahluk
Tuhan. Adapun kata yang kedua, dalam hal ini „allama sebagaimana dijelaskan
oleh al-Raghib al-Ashfahany, digunakan secara khusus untuk menunjukan sesuatu
yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga meninggalkan bekas atau pengaruh
pada diri seseorang dan ada pula yang mengatakan bahwa kata tersebut digunakan
untuk mengingatkan jiwa agar memperoleh gambaan mengenai arti tentang sesuatu,
dan kadang kata tersebut juga dapa diartikan pemberitahuan. Kata ta‟lim yang
berakar padda kata „allama dengan erbagai akar kata yang serumpum dengannya
delam al-Quran disebut sebanyak lebih dari 840 kali dan digunakan untuk arti
berbagai macam. Terkadang oleh Allah digunakan untuk menjelaskan pengetahuan-Nya
yang diberikan kepada manusia (Lihat Q.S 2:269), digunakan untuk menjelaskan
bahwa Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu yang terjadi pada manusia
(Lihat Q.S 11:79) digunakan untuk menjelaskan bahwa Allah mengetahui
orang-orang yang mengikuti petunjuknya. (Q.S 2:143). Dari informasi ini
terlihat bahwa kata ta‟lim dalam al-Quran mengacu pada adanya sesuatu berupa
pengetahuan yang diberikan kepada seseorang.. jadi sifatnya intelektual.
Sedangkan kata tarbiyah lebih mengacu pada bimbingan, pemeliharaan, arahan,
penjagaan, dan sifatnya pembentukan kepribadian.
Adapun mengenai ta‟dib yang berakar pada kata addba tidak
dijumpai dalam al-Quran. Kata tersebut dijumpai dalam hadist antara lain ang
berbunyi : addabani rabby fa ahsana ta‟diby, artinya : “ Tuhanku telah
mendidikku dan telah membuat pendidikankku sebaik-baiknya. Dalam pembahasan
selanjutnya dijumpai perbedaan pendapat dikalangan para ahli menengenai
pemakaian kata tersebut dalam hubungannya dengan pendidikan. Abdurrahman
al-Nahlawi, misalnya lebih cenderung menggunakan kata tarbiyah untuk kata
pendidikan. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa kata tarbiyah berasal dari tiga
kata, yaitu pertama dari kata rabba , yarbu, yang berarti bertambah dan
bertumbuh, karena pendidikan mengandung misi untuk menambah bekal pengetahuan
kepada anak didik dan menumbuhkan potensi yang dimilikinya; kedua dari kata
rabbya, yarba, yang beararti menjadi besar, karena pendidikan juga mengandung
arti untuk membesarkan jiwa dan memperluas wawasan seseorang, dan ketiga dari
kata rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,
menjaga, dan memelihara sebagaimana telah dijelaskan diatas. Kemudian Naqwib
al-Attas berpendapat bahwa:” kata yang paling tepat untuk mewakili kata
pendidikan adalah kata ta‟dib. Sementara istilah tarbiyah dinilainya terlalu
luas yakni mencakup pendidikan untuk hewan, tumbuhan dan sebagainya. Sedangkan
kata ta‟dib sasaran pendidikannya adalah manusia.” (Nata Abuddin 2005: 13)
Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa
istilah yang lebih komprehensip untuk mewakili istilah pendidikan adalah
istilah ta‟lim. Menurutnya istilah yang terakhir ini (ta‟lim) justru lebih
universal dibanding dengan istilah tarbiyah. Untuk ini Jalal mengajukan alasan,
bahwa kata ta‟lim berhubungan dengan pemberian bekal pengetahuan. Pengetahuan
ini dalam islam dinilai sesuatu yang dimiliki kedudukan yang tinggi. Hal ini
misalnya dapat dijelaskan melalui kasus Nabi Adam yang yang diberi pengajaran
(ta‟lim) oleh Allah. Dengan sebab ini, para malaikat bersujud (menghormati)
Nabi Adam lihat Q.S Al-Baqarah.
Uraian diatas dapat memperlihatkan dengan jelas bahwa
dikalangan para ahli pendidikan sendiri masih belum terdapat kesepakatan
mengenai penggunaan dari ketiga istilah tersebut untuk mewakili kata
pendidikan. Untuk menghindari pembicaraan berkepanjangan yang dasarnya hanya pemainan kosa
kata, maka Konferensi Internasional pendidikan Islam pertama (First World
Conferention Muslim Education) yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul
Azis, Jeddah, pada tahun 1977, belum berhasil merumuskan secara jelas tentang
definisi pendidikan, khususnya menurut Islam. Dalam bagian rekomendasi
konferensi tersebut, para peserta membuat kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung didalam
ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya
memberi kesan bahwa antara satu dan yang lainnya berbeda. Beda istilah ta‟lim
mengesankan memberikan proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah
tarbiyah, mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan
kepribadian dan sikap mental.sementara istilah ta‟dib mengesankan proses
pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental,
sedangkan sitilah ta‟dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan
estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.
Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kaffah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib (latihan) dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranaha tersebut.
Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kaffah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib (latihan) dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranaha tersebut.
0 komentar